Lagi, Bendungan Miliaran Rupiah Di Rote Ndao Rusak Berat Akibat Perencanaan Yang Gagal.

“Lagi, Bendungan Miliaran Rupiah Di Rote Ndao Rusak Berat Akibat Perencanaan Yang Gagal”

PENA-EMAS.COM.  Memasuki awal tahun 2021 tercatat dalam pantauan Media ini sudah mencapai nilai diatas puluhan Miliaran dana yang digunakan untuk membiayai sejumlah proyek fisik hancur.

Bacaan Lainnya

Sejumlah alasan dan dugaan kehancuran proyek tersebut bervariasi, ada alasan bencana, mutu pekerjaan rendah dan kerja asal jadi. Salah satu contoh proyek Wisata Batu Termanu senilai Rp. 2 Miliaran hanya berumur dua bulanan sudah hancur

Saat ini lagi menyusul Bendungan Olakayo di Desa Suebela Kec. Rote Tengah Kab. Rote Ndao, Hancur dan petani hanya bisa menatap dengan penuh perasaan kepedihan karena akibat perencanaan yang gagal.

Penilaian ini disampaikan Wakil Ketua DPRD Kab. Rote Ndao Paulus Henuk,SH di lokasi kejadian saat kunjungan kerja di areal Bendungan dan persawahan naas tersebut Hari Sabtu, (20/03/2021) kemarin siang.

Pantauan Pena-Emas.com di Lokasi kejadian, Kunjungan kerja tersebut selain Wakil ketua DPRD, diikuti oleh Ketua Komisi C. Petrus J. Pelle,S.Pd, Ketua dan Sekretaris Komisi A. Feky M. Bielan,SE dan Zinsondolf Y. Adu, Perwakilan Dari Dinas PUPR Soni Sabah. Cs dan BPBD Kab. Rote Ndao Diksel Haning. Cs, Camat Rote Tengah Marthen Muskananan, Sekcam Eduard Pelondou dan jajarannya.

Kunjungan Kerja (Kunker) tersebut dilaksanakan setelah Rapat Dengar  Pendapat (RDP) bersama Dinas terkait atas laporan petani dan untuk melihat secara lansung kerusakan Bendungan Olakayo akibat banjir beberapa minggu yang  lalu Di Desa Suebela Kecamatan Rote Tengah.

 

Banjir  dan kerusakan Bendungan tersebut menimbulkan sawah petani rusak berat,  terendam air dan petani mengalami kerugian yang diestimasi puluhan juta rupiah.

Bendungan yang mengalami kerusakan parah ini, selain tanggul yang jebol, pintu air untuk mengatur pembagian air rusak total. masyarakat sangat kecewa dengan kejadian yang mereka alami.

Marthen Hailitik salah seorang petani yang sawahnya terendam banjir dan rusak merasa kecewa dan marah, karena dengan adanya bendungan yang dinilai pekerjaannya tidak sesuai rencana yang matang maka sawahnya terendam serta terbawa banjir.

Menurut Hailitik, pembangunan bendungan diatas tanah miliknya sejak awal sudah terjadi beda paham soal teknis dan letak lokasi bangunan.

Perbedaan ini pihaknya sebagai masyarakat awam akhirnya mengalah setelah mendapat alasan pihak Dinas kalau mengikuti pandangan petani maka bendungan tidak bisa dibangunan karena terbatasnya Amggaran.

” Sekarang akibatnya kami petani yang mengalaminya, kalau proyek bendungan ini anggarannya tidak cukup maka jangan dibangun.” Ujarnya bernada kesal dan marah di depan Sony Sabah dari Dinas PUPR Kab. Rote Ndao.

Sementara Wakil Ketua DPRD Paulus Henuk,SH. Menilai kualitas pembangunan Bendungan tersebut di bangun dengan tidak melalui perencanaan yang baik maka jelas tiap tahun mengalami kerusakan dan hancur.

Selanjutnya Ia menjelaskan, Beberapa hari lalu, saat menerima pengaduan masyarakat petani  dari desa Suebela, DPRD memanggil Dinas PUPR dan dihadiri Semy Suki.

Dalam RDP tersebut disampaikan bahwa anggaran proyek bendungan ini lebih kurang Rp. 3,2 M, dan kini. saat kami turun ke lokasi bersama Soni Sabah mewakili Dinas PUPR pada Kunker Dewan, Ia mengakui anggarannya hanya Rp. 2,8 M. Sedangkan pantauannya kata Paulus Henuk, Pembangunan bendungan ini hanya bisa diestimasi Rp. 1 M lebih. Ungkapnya.

Menurut Paulus Henuk, Dari hasil pengamatan kami dan informasi masyarakat bahwa setelah di PHO kurang lebih dua (2) bulan bendungan tersebut sudah rusak. Tambahnya.

Selanjutnya, kata Paulus Henuk. Kalau anggaran sebesar ini tapi baru di PHO Desember 2019 dan akhir Februari 2020 sudah rusak kemudian di Juni 2020 rusak lagi dan akhirnya hancur berantakan di Maret 2021 maka semakin memperkuat dugaan kami, bahwa selama ini alibi yang selalu dipakai adalah “masa pemeliharaan “.

” Masa pemelihaan, Hanya cara membohongi rakyat, karena kalau analisis kekuatan proyek – proyek adalah 5 tahun tapi mengapa belum 1 tahun tapi sudah hancur ? ” Ujar Paul bernada tanya.

Menjawab sikap DPRD atas kebutuhan petani terhadap musibah bencana ini. Paulus mengatakan, Dalam memperbaiki bendungan yang rusak ini harus ada penguatan yakni perencanaan dengan melihat kuatnya debit air dan bangunan yang kekuatanya benar-benar berkualitas.

Tanggul penahan dari batu kali dan pengerukan secara benar dan konprehensif serta saluran harus permanen agar aliran air bisa terbagi dengan benar.

Untuk itu, pihaknya mendukung Pemerintah dalam melihat kebutuhan masyarakat petani dengan segera melakukan kajian dan perencanaan anggaran pembangunannya.

Begitu pula akibat dari bencana banjir hingga sawah masyarakat rusak Ia mengharapkan dinas terkait secepatnya menemukan solusi dan bisa membantu kerugian dari masyarakat tersebut.

” Melelahkan, karena kami harus berjalan kaki bolak -balik lebih kurang 4 Km dengan kondisi jalan rusak, terjal, melewati kali, jalan berlumpur karena hujan, bahkan harus mendaki saat pulang dengan kondisi sangat lapar karena belum makan siang sementara waktu sudah hampir jam 4 sore.” Katanya saat menjawab pertanyaan soal kesan kunker hari ini.

Ketua Komisi C. Petrus J. Pelle,S.Pd. yang dihubungi Minggu (21/03/2021) dan mintai estimasi kerugian dalam pristiwa tersebut usai kunjungan kerja. Ia mengatakan, pihaknya telah meminta untuk Dinas PUPR dan BPBD Kab. Rote Ndao agar melakukan perhitungan kerugian masyarakat petani dan kebutuhan anggaran pembangunan sarana bendungan yang rusak.

” Kita sudah minta agar Dinas teknis melakukan perhitungan dan estimasi kerugian. Dalam tempo dekat ini nanti disampaikan pada DPRD” ujarnya. (Salman/memo)

Tetap Terhubung Dengan Kami:

Pos terkait