Polisi Jadi Guru Anak anak Pedesaan
ROTE NDAO. pena-emas.com. Tugas Anggota Polisi selain menjadi pengayom masyarakat tetapi juga menjadi dan bertindak sebagai “person education” bagi anak anak sekolah yang adalah calon generasi penerus kelangsungan bangsa dan Negara.
Polisi yang mengabdi di pedesaan tentunya perlu peduli dengan pendidikan anak-anak di pedesaan yang masih jauh dari sentuhan sumber pendukung pendidikan yang memakai.
Hal ini mendorong rasa peduli dengan pendidikan terhadap anak-anak di pedesaan. Salah satu Anggota Polres Rote Ndao Brigpol Sumantri sebagai Bhabinkamtibmas di desa Kuli Aisele Kecamatan Lobalain Kab. Rote Ndao – NTT, menyisikan sedikit dari upah bulanannya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak anak di desa binaannya.
Brigpol Sumantri setiap bulan sisihkan sedikit gajinya untuk membeli kebutuhan belajar, membuka kegiatan belajar layaknya di sekolah dan perpustakaan keliling.
Aksi Polisi peduli dunia pendidikan terhadap anak-anak pedesaan itu sebagai Polisi Masyarakat dan guru bagi anak anak mendapatkan perhatian dan proficiat dari masyarakat, sebab hal ini searah dengan tagline “Kepolisian sebagai pelindung dan pengayom masyarakat benar-benar diwujudkan”
Giat Brigpol Sumantri terhadap perhatian pendidikan anak-anak di pedesaan berupa membuka kegiatan belajar mengajar dan perpustakaan keliling sudah dirintisnya sejak Tahun 2017 silam.
Kepedulian Anggota Polsek Lobalain ini bermula dari pengalaman masa kecilnya yang mengalami dan mendalami masa-masa sulit waktu bersekolah dahulu hingga sebelum menjadi Anggota Polisi.
“Untuk tempat sekolah, saya buat disetiap dusun. Tujuannya, supaya anak-anak jangan merasa bosan untuk belajar”, terang Brigpol Sumantri sosok polisi sederhana ini.
Menurut Sumantri, sebagai seorang prajurit dan Bhabinkamtibmas yang mengabdi kepada bangsa dan negara sudah menjadi suatu kewajiban baginya untuk membangun generasi bangsa yang memiliki masa depan.
“Suatu saat bila ada perkenanan Tuhan, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin di bangsa dan negara ini”, jelas figur polisi yang merakyat itu.
Dijelaskan Brigpol Sumantri, kegiatan belajar dan mengajar, (KBM), dalam setiap kali pertemuan hanya diperbolehkan bagi enam orang siswa yang berbeda. Tidak dilakukan seperti lasimnya pendidikan formal.
” Hal itu selain mentaati protokol kesehatan juga agar anak-anak lebih konsen dan fokus kepada materi pembelajaran yang diberikan”, ujar Sumantri.
Selanjutnya, Brigpol Sumantri mengatakan, aksi yang dilakukan itu salah bentuk pelayanannya kepada warga binaannya dengan sangat tulus, iklas.
Menurutnya kebanggaan bagi dirinya adalah dapat melakukan hal ini kepada anak-anak pedesaan khususnya kepada bangsa dan negara.
Ia juga diakui, karena kedekatan emosional dengan anak-anak saat melakukan kunjungan ke dusun dan pedesaan selalu mendapatkan tegur sapa baik dari anak-anak binaan maupun orang tua mereka.
“Anak- anak dipedesaan sering takut dan tidak mau dekat saat melihat Anggota Polisi namun dengan pendekatan yang belajar bersama ini mereka sudah merasa seperti orangtua dan anak” ujarnya. (memo/jh)