Soal Pasien di Tolak Bahari Expres. Meninggal Dunia, Kapolsek Rote Timur : Polisi dan Keluarga Sudah maksimal berusaha Tetap di Tolak “ Kapten menolak karena Kecewa “

PENA-EMAS.COM – Soal Pasien Rujukan RSUD Ba,a – Kab. Rote Ndao di Tolak Bahari Expres. Meninggal Dunia, Pihak Polsek Rote Timur dan keluarga pasien sudah maksimal berusaha tetapi tetap mendapat penolakan dari pihak Bahari Expres dengan alasan kecewa dengan keluarga pasien tidak membeli tiket.

Demikian hal ini dijelaskan oleh Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta via sambungan seluler kepada PENA-EMAS.COM Senin (2/1/2023) sekitar pukul 19:15 Wita sehubungan dengan tugas Pengamanan dan Pelayanan Polsek setempat di pelabuhan Pepela – Rote Timur pasca penolakan pasien oleh Bahari Expres.

Bacaan Lainnya

Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta menjelaskan, Waktu selesai pemeriksaan tiket ada beberapa penumpang yang dibatalkan keberangkatannya karena anaknya tidak mendapat tiket

Ada Informasi juga kalau ada pasien rujukan yang harus dibawah ke Kupang namun tidak bisa diberangkatkan karena kendala tiket.

Hal ini kemudian Ia menanyakan pada seorang ABK tetapi diperoleh jawaban tidak bisa dikondisikan untuk berangkat sementara pasien sudah sekarat. “ Kalau begini tidak bisa dan harus ada petunjuk Kaptein “ Kata Kapolsek mengulangi jawaban ABK.

Kapolsek Ipda John Kotta, turun dari Kapal untuk menemui Kapten Bahari Expres yang saat itu berada di darat namun Kapten menolak dengan alasan Kecewa dengan keluarga pasien tidak memiliki tiket.

“ Saya kan diatas kapal, saya turun ketemu Kep di Darmaga dan saya bilang Kep ada informasi ada pasien yang mau di bawah ke Kupang tapi tidak dapat tiket jadi tidak bisa naik, terus Dia (Kapten) pun jawab begini “ B kecewa dengan keluarga pasien, kenapa saya kecewa. Karena tadi malam saya dapat telpon dari pihak rumah sakit bahwa hari ini saya harus bawah pasien ke Kupang tetapi sampai disini tidak ada tiket dan saya tidak berani bawah” Ujar John Kotta.

Kemudian saya kembali menemui keluarga Pasien untuk menanyakan masalah seputar alasan tidak dapat membeli tiket dan menurut keluarga pasien, sudah berada di Pelabuhan Pepela sejak pukul 10:00 wita permintaan bantuan bagi keluarga pasien tidak mendapat pehatian petugas diloket penjualan tiket

“ Saya datangi keluarga pasien dan Tanya bapak dong datang jam berapa ko tidak dapat tiket, Bapak kami datang dari tadi pagi jam sepuluh tapi kami diloket ini berdesakan luar biasa dan kami minta dibantu didahulukan karena bawah pasien tetapi pihak loket tidak hiraukan kami. Tiba-tiba mereka bilang tiket sudah 407 dan tidak bisa lagi, kami sudah tutup” Jelas Ipda John Kota mengulangi percakapan antaranya dengan keluarga pasien.

Selanjutnya. Jelas John Kotta, kembali lagi saya datangi Kapten untuk meminta kebijkan karena emergensi dan keselamatan jiwa namun tetap ia mendapat penolakan dari Kapten dengan alasan resiko dan tanggungjawab.

“ Saya datangi Kep lagi minta untuk dibantu karena ini emergensi keselamatan manusia ini lebih penting jadi kep tolong ambil keputusan untuk bawah pasien, saya pikir bawah pun juga tidak menyalahi aturan, ini namanya kebijakan. Tapi kep jawab bilang begini “ saya tidak berani, saya juga pakai hati nurani tetapi manakala saya bawah dan terjadi apa apa, dimanivest pasien tidak ada nama tapi saya bawah terjadi apa apa saya bahaya. Saya hanya menunggu Kep bilang saya pakai kebijakan hati nurahi jaminannya apa. Saya berani buat pernyataan Polisi dan syahbandar tanda tangan tetapi tidak dikasih kesempatan “ Saya tidak bawah dan saya tidak berani bawah jadi apa apa saya resiko berat “ Ujar John Kota yang kutip Media dari balik Telpon soal percakapannya dengan Kapten Bahari Expres.

Foto Pasien Otniel Feoh di UGD RSUD Ba,a setelah dibawah kembali dari Pelabuhan Pepela oleh keluarga

Kemudian Kata John Kotta, Ternyata saya cek Tiket masih tersisah satu orang tetapi sistim online dan karena gangguan jaringan sehingga tidak bisa terakses. Sebelumnya ada penolakan dari Kapten Bahari Expres, saya dan anggota Polsek sudah lakukan upaya supaya kalau bisa Pasien dibawah tetapi kapten Bahari Expres tetap bersih keras tidak berani membawah Pasien.

Selain itu, Jelas Ipda John Kotta. Kapten Bahari mengatakan, penumpang sudah mencapai 407 orang sesuai dengan ijin yang diperoleh dari pihak Syahbandar tetapi karena jumlah penumpang tersebut termasuk anak dan bayi yang dipangku orangtuanya serta masih juga banyak kursi yang kosong sehingga kami lakukan pendekatan tetapi tetap tidak dijinkan.

“ Kami dari Kepolisian juga telah berupaya pendekatan dengan Kapten untuk membantu pasien namun tetap ditolak pada hal kita juga sudah kasih pengertian “ ini pasien sudah sekarat, ini pasien sudah mau mati ini harus ditolong dan tolong dulu tapi Kep bersih keras tidak mau bawah karena tidak ada tiket” Ujar Kotta.

Melihat pada rasionya 407 penumpang itu 10 bayi digendong dan banyak kursi yang masih kosong maka saya sempat bicara dengan salah sorang ABK dan dia bilang masih banyak kursi kosong bahkan masih bisa bawah penumpang diatas 50 orang. Tambahnya.

Ada penumpang yang juga ditolak karena hanya ibunya yang dapat tiket dan anaknya tidak dapat tiket. mereka tidak bisa berangkat dan uangnya tidak dikembalikan dengan alasan hangus. Ada juga pendeta yang meminta bantuan satu tiket saja karena ada kegiatan di Makasar tidak dilayani kerana alasan Syahbandar patok hanya 407 penumpang sementara kemarin masih berangkatkan 420 penumpang. Tandas John Kotta

Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta. Berharap hal ini perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao untuk mengevaluasi kembali cara kerja Pihak Bahari Express agar masyarakat Rote Ndao tidak dirugikan dan dipersulit disaat kondisi seperti yang dialami pasien Otniel Feoh.

“ Pemerintah daerah perlu evaluasi kembali cara kerjanya pihak Bahari ini, kasian masyarakat kita banyak yang dirugikan dan perlu wanti wanti dengan kapten Bahari, kita masyarakat Rote Ndao ini dirugikan, orang sakit butuh pertolongan tetapi diabaikan akhirnya harus meninggal. Kalau dokter berani rujuk ke Kupang berarti masih ada harapan untuk hidup, kita sudah berusaha tapi tetap Kep tolak dengan alasan tidak ada tiket kenapa mereka tidak beli tiket sementara keluarga pasien mengaku sudah berusaha dapat tidak tapi sangat susah dan sulit ” Ucap Kapolsek John Kotta bernada haru.

Untuk diketahui sebagaimana diberitakan Media ini pada edisi sebelumnya, Pihak RSUD Ba,a mengakui selain merujuk pasien ke RSUD Prof, Johanis Kupang, pihaknya telah melakukan kordinasi termasuk membooking tiket pasien.

Kemudian Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Jonas M. Selly,MM telah mengeluarkan surat kepata PT Pelayaran Sakti inti Makmur sebagai pihak yang bertanggungjawab atas operator Kapal Cepat Bahari Expres terkait penolakan pasien oleh Pihak Bahari Expres adalah melawan Undang undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Otniel Feoh warga Rt 03/Rw 01 Dusun Menoama Desa Persiapan Teu Esa ( sebelumnya Desa Oenitas) Kecamatan Rote Barat Kab. Rote Ndao, Pasien rujukan dari RSUD Ba,a – Rote Ndao ditolak Bahari Expres akibat tidak memiliki tiket Meninggal dunia. Hari ini Senin (2/1/2023) di RSUD Ba,a – Rote Ndao sekitar Pukul 03:00 Dini hari.

PENA-EMAS.COM – Soal Pasien Rujukan RSUD Ba,a – Kab. Rote Ndao di Tolak Bahari Expres. Meninggal Dunia, Pihak Polsek Rote Timur dan keluarga pasien sudah maksimal berusaha tetapi tetap mendapat penolakan dari pihak Bahari Expres dengan alasan kecewa dengan keluarga pasien tidak membeli tiket.

Demikian hal ini dijelaskan oleh Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta via sambungan seluler kepada PENA-EMAS.COM Senin (2/1/2023) sekitar pukul 19:15 Wita sehubungan dengan tugas Pengamanan dan Pelayanan Polsek setempat di pelabuhan Pepela – Rote Timur pasca penolakan pasien oleh Bahari Expres.

Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta menjelaskan, Waktu selesai pemeriksaan tiket ada beberapa penumpang yang dibatalkan keberangkatannya karena anaknya tidak mendapat tiket

Ada Informasi juga kalau ada pasien rujukan yang harus dibawah ke Kupang namun tidak bisa diberangkatkan karena kendala tiket.

Hal ini kemudian Ia menanyakan pada seorang ABK tetapi diperoleh jawaban tidak bisa dikondisikan untuk berangkat sementara pasien sudah sekarat. “ Kalau begini tidak bisa dan harus ada petunjuk Kaptein “ Kata Kapolsek mengulangi jawaban ABK.

Kapolsek Ipda John Kotta, turun dari Kapal untuk menemui Kapten Bahari Expres yang saat itu berada di darat namun Kapten menolak dengan alasan Kecewa dengan keluarga pasien tidak memiliki tiket.

“ Saya kan diatas kapal, saya turun ketemu Kep di Darmaga dan saya bilang Kep ada informasi ada pasien yang mau di bawah ke Kupang tapi tidak dapat tiket jadi tidak bisa naik, terus Dia (Kapten) pun jawab begini “ B kecewa dengan keluarga pasien, kenapa saya kecewa. Karena tadi malam saya dapat telpon dari pihak rumah sakit bahwa hari ini saya harus bawah pasien ke Kupang tetapi sampai disini tidak ada tiket dan saya tidak berani bawah” Ujar John Kotta.

Kemudian saya kembali menemui keluarga Pasien untuk menanyakan masalah seputar alasan tidak dapat membeli tiket dan menurut keluarga pasien, sudah berada di Pelabuhan Pepela sejak pukul 10:00 wita permintaan bantuan bagi keluarga pasien tidak mendapat pehatian petugas diloket penjualan tiket

“ Saya datangi keluarga pasien dan Tanya bapak dong datang jam berapa ko tidak dapat tiket, Bapak kami datang dari tadi pagi jam sepuluh tapi kami diloket ini berdesakan luar biasa dan kami minta dibantu didahulukan karena bawah pasien tetapi pihak loket tidak hiraukan kami. Tiba-tiba mereka bilang tiket sudah 407 dan tidak bisa lagi, kami sudah tutup” Jelas Ipda John Kota mengulangi percakapan antaranya dengan keluarga pasien.

Selanjutnya. Jelas John Kotta, kembali lagi saya datangi Kapten untuk meminta kebijkan karena emergensi dan keselamatan jiwa namun tetap ia mendapat penolakan dari Kapten dengan alasan resiko dan tanggungjawab.

“ Saya datangi Kep lagi minta untuk dibantu karena ini emergensi keselamatan manusia ini lebih penting jadi kep tolong ambil keputusan untuk bawah pasien, saya pikir bawah pun juga tidak menyalahi aturan, ini namanya kebijakan. Tapi kep jawab bilang begini “ saya tidak berani, saya juga pakai hati nurani tetapi manakala saya bawah dan terjadi apa apa, dimanivest pasien tidak ada nama tapi saya bawah terjadi apa apa saya bahaya. Saya hanya menunggu Kep bilang saya pakai kebijakan hati nurahi jaminannya apa. Saya berani buat pernyataan Polisi dan syahbandar tanda tangan tetapi tidak dikasih kesempatan “ Saya tidak bawah dan saya tidak berani bawah jadi apa apa saya resiko berat “ Ujar John Kota yang kutip Media dari balik Telpon soal percakapannya dengan Kapten Bahari Expres.

Kemudian Kata John Kotta, Ternyata saya cek Tiket masih tersisah satu orang tetapi sistim online dan karena gangguan jaringan sehingga tidak bisa terakses. Sebelumnya ada penolakan dari Kapten Bahari Expres, saya dan anggota Polsek sudah lakukan upaya supaya kalau bisa Pasien dibawah tetapi kapten Bahari Expres tetap bersih keras tidak berani membawah Pasien.

Selain itu, Jelas Ipda John Kotta. Kapten Bahari mengatakan, penumpang sudah mencapai 407 orang sesuai dengan ijin yang diperoleh dari pihak Syahbandar tetapi karena jumlah penumpang tersebut termasuk anak dan bayi yang dipangku orangtuanya serta masih juga banyak kursi yang kosong sehingga kami lakukan pendekatan tetapi tetap tidak dijinkan.

“ Kami dari Kepolisian juga telah berupaya pendekatan dengan Kapten untuk membantu pasien namun tetap ditolak pada hal kita juga sudah kasih pengertian “ ini pasien sudah sekarat, ini pasien sudah mau mati ini harus ditolong dan tolong dulu tapi Kep bersih keras tidak mau bawah karena tidak ada tiket” Ujar Kotta.

Melihat pada rasionya 407 penumpang itu 10 bayi digendong dan banyak kursi yang masih kosong maka saya sempat bicara dengan salah sorang ABK dan dia bilang masih banyak kursi kosong bahkan masih bisa bawah penumpang diatas 50 orang. Tambahnya.

Ada penumpang yang juga ditolak karena hanya ibunya yang dapat tiket dan anaknya tidak dapat tiket. mereka tidak bisa berangkat dan uangnya tidak dikembalikan dengan alasan hangus. Ada juga pendeta yang meminta bantuan satu tiket saja karena ada kegiatan di Makasar tidak dilayani kerana alasan Syahbandar patok hanya 407 penumpang sementara kemarin masih berangkatkan 420 penumpang. Tandas John Kotta

Kapolsek Rote Timur Ipda John F. Kotta. Berharap hal ini perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao untuk mengevaluasi kembali cara kerja Pihak Bahari Express agar masyarakat Rote Ndao tidak dirugikan dan dipersulit disaat kondisi seperti yang dialami pasien Otniel Feoh.

“ Pemerintah daerah perlu evaluasi kembali cara kerjanya pihak Bahari ini, kasian masyarakat kita banyak yang dirugikan dan perlu wanti wanti dengan kapten Bahari, kita masyarakat Rote Ndao ini dirugikan, orang sakit butuh pertolongan tetapi diabaikan akhirnya harus meninggal. Kalau dokter berani rujuk ke Kupang berarti masih ada harapan untuk hidup, kita sudah berusaha tapi tetap Kep tolak dengan alasan tidak ada tiket kenapa mereka tidak beli tiket sementara keluarga pasien mengaku sudah berusaha dapat tidak tapi sangat susah dan sulit ” Ucap Kapolsek John Kotta bernada haru.

Untuk diketahui sebagaimana diberitakan Media ini pada edisi sebelumnya, Pihak RSUD Ba,a mengakui selain merujuk pasien ke RSUD Prof, Johanis Kupang, pihaknya telah melakukan kordinasi termasuk membooking tiket pasien.
Kemudian Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Jonas M. Selly,MM telah mengeluarkan surat kepata PT Pelayaran Sakti inti Makmur sebagai pihak yang bertanggungjawab atas operator Kapal Cepat Bahari Expres terkait penolakan pasien oleh Pihak Bahari Expres adalah melawan Undang undang Nomor : 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Otniel Feoh warga Rt 03/Rw 01 Dusun Menoama Desa Persiapan Teu Esa ( sebelumnya Desa Oenitas) Kecamatan Rote Barat Kab. Rote Ndao, Pasien rujukan dari RSUD Ba,a – Rote Ndao ditolak Bahari Expres akibat tidak memiliki tiket Meninggal dunia. Hari ini Senin (2/1/2023) di RSUD Ba,a – Rote Ndao sekitar Pukul 03:00 Dini hari.

Tetap Terhubung Dengan Kami:

Pos terkait