PENA-EMAS.COM – Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Bernilai Ekonomis, kegiatan ini merupakan Program SIAP SIAGA bekerjasama dengan konsorsium “SWARA PARANGPUAN SULUT”, yang bermitra dengan PIAR NTT dalam program penanggulaangan dampak covid-19 melalui revitalisaasi desa wisata inklusi.
Melalui PIAR dan Kelompok Inklusi pelaksanakan Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Bernilai Ekonomis di Kabupaten Rote Ndao digelar di Hotel New Ricky, Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, Propinsi NTT. Rabu (24/11/2022 )
Pelatihan tersebut, diikuti oleh 23 orang peserta dari komunitas inklusi Kelompok disabilitas, Perempuan sebagai kepala keluarga, Transgender dan Lansia.
Pelatihan terpusat di Kelurahan Namodale dengan peserta dari 4 (Empat),Desa/Kelurahan di Kecamatan Lobalain yakni Kelurahan Namodale, Kelurahan Mokdale, Desa Maubesi dan Desa Baadale.
Jalannya kegiatan didukung oleh tenaga pelatih dari BLK, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi NTT, antara lain Bapak Rui Do Carmo Andrade serta ibu Why dari Kerta Bumi Recycling Center secara on line dengan materi Permasalahan Sampah, dampak dan Upaya mengurangi pencemaran lingkungan melalui sosialisasi 3R.
Direktris PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik kepada PENA-EMAS.COM, Ia mengataka , Kegiatan ini akan di implementasikan di 8 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Rote Ndao dan Kota Kupang di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Delapan Desa/Kelurahan pendampingan PIAR, tujuh Desa/Kelurahan diantaranya adalah Desa/Kelurahan wisata pantai dimana menjadi tempat penampungan/ tumpukan sampah dari berbagai tempat dan bertebaran di pantai serta muara.
” Desa Wisata inklusi Maubesi menjadi TPA yang tidak aman bagi manusia dan lingkungan ” kata Sarah Lery Mboeik.
Menurut Ir. Sarah Lery Mboeik. Pelatihan ini dilaksanakan
Sejak program ini dimulai, dimulai dengan kegiatan rapid assesmen, diskusi focus dan diskusi tematik, masalah pengelolaan persampahan juga selalu muncul diperbincangkan karena menimbulkan masalah lingkungan dan Kesehatan di desa/kelurahan wisata inklusi.
Dapat dipahami juga bahwa tidak adanya Tempat Penampungan Sampah Sementara maka Laut dan sungai menjadi sasaran tempat pembuangan sampah selama ini, Tambah Lery.
Edukasi bagi Kelompok Peduli Wisata berbasis Masyarakat dilakukan dalam diskusi tematik ditiap kelurahan/desa dan munculah ide, usulan KPW agar pentingnya diadakan pelatihan pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi pengelolaan yang bernilai ekonomis,
Seperti olah sampah organic menjadi pupuk, botol-botol bekas dapat di manfaatkan sebagai pot untuk tanaman, bahkan muncul gagasan KPW Namodale untuk adanya bank sampah, dan lain-lain dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Namun potensi yang ada belum di barengi dengan kapasitas pelaku usaha dalam desain produk
Lery berharap, masyarakat di 4 lokus berkepentingan menjaga lingkungan wisata inklusi yang bersih dan berkelanjutan sebagai bagian dari tanggung jawab KPW Sikat melalui pemanfaatan pelolaan sampah warga, dimulai dengan edukasi bagaimana, Kenapa dan apa alasan sampah dijadikan salah satu opsi sebagai bahan baku pembuatan barang kreatif yang bernilai ekonomi
Hal ini jelasnya, diharapkan menjadi kebutuhan masyarakat dampingan untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengelolanya dan Dasar pikir inilah maka “SWARA PARANGPUAN SULUT”, bermitra dengan PIAR NTT yang didukung oleh SIAP SIAGA, merasa perlu untuk menjawab harapan masyarakat pelaku usaha UMKM di wilayah dampingan lewat pelatihan.
Melalui pelatihan ini bertujuan untuk pengembangan kapasitas ketrampilan bagi kelompok warga peduli wisata dan terkhusus warga inklusi agar mampu menjaga dan mengurangi sampah yang berbahaya bagi ekosistim kelangsungan hidup di bumi sekaligus KPW sikat dimasing masing lokus dapat membangun komunitas masyarakat peduli sampah melalui prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sehingga memperoleh manfaat ekonomi sirkular.
Pelatihan ini juga diharapkan menambah pengetahuan dan kemandirian masyarakat target dalam memanfaatkan sampah sebagai ladang bisnis untuk dibuat menjadi barang dekoratif yang bernilai ekonomi lebih tinggi, higienis, ramah lingkungan, Merubah pola pikir peserta dalam pengelolaan sampah dengan konsep 3 R(reduce, reuse, recycle) dan sebagai tujuan, dapat membangun kesadaran KPW sikat sebagai pioneer komunitas peduli sampah dimasing – masing lokus baik di Kabupaten Rote Ndao maupun di Kota Kupang. Terang Lery Mboeik.
Pantauan Media ini. Beberapa produk dari sampah rumah tangga yang dihasilkan pada hari pertama oleh para peserta yaitu, Kotak Tisu, Topi berbagai tipe, Sendal lontar dan Bingkai Foto. kegiatan tersebut secara langsung di kunjungi oleh Deputy dan Asisten saat kegiatan berlangsung.