” Akui, Cacat mutu ” Pembangunan Faspel Laut Batutua gunakan material lokal.

JOHAN MOOY
Pj. Kepala Desa Batutua

Akui, Cacat mutu”  Faspel Laut Batutua Gunakan Material Lokal.  Kades  Minta Kementerian serius.

 

Rote Ndao – Pena – Emas.com,
Saya sebagai Penjabat Kepala Desa turut lihat langsung dan saksikan pengunaan campuran material pasir yang digunakan oleh kontraktor pelaksana menggunakan material lokal.

Demikian hal ini di akui Penjabat Kepala Desa Batutua, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Johan Mooy saat di temui Rabu (27/11) di Batutua.

Kepada Pena Emas.com, Johan Mooy mengatakan, awalnya pelaksanaan pekerjaan itu dikerjakan, warga tidak di perbolehkan mendekati lokasi proyek pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut.

Sebab itu, ada dugaan kuat kami selaku warga masyarakat Desa Batutua sekaligus menjabat Kepala Desa Batutua timbul tanda tanya ada apa sehingga kami dibatasi dan terkesan ada larangan untuk masyarakat tidak bisa memantau dari dekat.

Dengan berjalannya waktu dugaan warga benar, mulai terlihat dilokasi ada material pasir yang di datangkan dari Takari, Kabupaten Kupang-NTT dan sebagian Material Pasir di datangkan dari lokasi Hala di Desa Tesabela Kecamatan Pantai Baru serta Pasir Laut di pesisir pantai Saku Batun Desa Batutua. Jelasnya.

Selain itu lanjutnya. Pelaksanaan pembangunan Faspel Laut Batutua dikerjakan pada malam hari oleh pekerja dan pantauan saya sebagai Pj. Kades Batutua, dilokasi pada larut malam pekerja mulai mencampurkan material pasir Takari, pasir Hala dan pasir laut yang di ambil dari pesisir pantai Saku Batun Desa Batutua.

Akibatnya hasil pekerjaan yang habiskan miliaran rupiah seperti terlihat saat ini, Faspel yang dibangun tidak kuat dan cacat mutu atau kekuatan dan mutu pekerjaan rendah. Tandas Mooy.

Selain itu pada Lokasi pembangunan tembok keliling areal pelabuhan sisi darat dan terminal penumpang Tahun Anggaran 2018 lalu, saya selaku Penjabat Kepala Desa turut lihat langsung dan saksikan pengunaan campuran material pasir yang digunakan oleh kontraktor pelaksana. Ungkapnya.

Sebagai Kepala Wiyalah Desa, saat itu saya langsung berkomentar kepada Kontraktor dan Pengawas Lapangan bahwa kalau di RAB itu menggunakan pasir dan bahan lokal lainnya maka tidak masalah tetapi jika tidak maka saya sebagai kepala desa akan segera laporkan kepada pihak yang berwenang.

Sejak dari teguran itu sempat berhenti kontraktor pelaksana dan pekerja tidak lagi mengunakan material lokal dan tidak mengambil pasir dari pesisir pantai Sakubatun. Katanya.

Saya pastikan fakta kerusakan fatal ini akibat dari pekerjaan menggunakan material lokal “pasir Takari yang dicampur oleh kontraktor pelaksana debgan pasir yang ambil dari Desa Tesabela, lokasi Hala dan Lokasi Pesisir Saku Batun” ujarnya.

Selain itu, Fakta lapangan terlihat ada tambal sulam pembangunan seperti tambal luka di atas luka bagaimana bisa menyatu dan kuat.?. Jadi adanya informasi ini saya segera tinjau kembali lokasi dan kondisi Faspel Laut Batutua dalam keadaan rusak berat. Tambahnya. Sambil meminta kalau hal ini perlu mendapat perhatian serius dari pihak kementerian serta penegak hukum karena kondisi ini sesungguhnya sangat merugikan masyarakat. Pungkas Mooy.

Penulis : Riyan
Editor : Arkhimes

Tetap Terhubung Dengan Kami:

Pos terkait