BELAJAR, BUKAN SUPAYA PINTAR
Tujuan utama dari belajar bukan supaya pintar tetapi, untuk mengenal Penciptanya dan mengasihinya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
Menjadi Kristen di Tengah-Tengah “Kristen”
Memulai tulisan ini, saya teringat kepada dua pernyataan berikut. Pertama, dari seseorang yang pernah berkata, “Tidak ada gunanya membuang garam di laut”. Kedua, perkataan Yesus: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13).
Ya, pernahkah air laut kehilangan asinnya sehingga perlu dibuang garam ke dalamnya? Air laut tidak pernah kehilangan asinnya. Meski demikian ikan yang hidup di dalam laut dagingnya tidak pernah terasa asin. Orang akan menambahkan garam ke dalam daging ikan sebelum daging tersebut dimasak.
Itulah keunikan air laut dan ikan. Selama hidup di dalam laut, ikan tidak pernah menjadi ikan asin. Namun, setelah ikan itu mati baru dia menjadi ikan asin.
Ya, ini sebuah ilustrasi awal. Semoga tidak membuat Anda yang membacanya menjadi bingung. Namun, ada baiknya jika Anda terus bertanya: WHY? Mengapa? Ada apa? Lalu, kenapa?
…” Mari kita mulai “
Firman Allah yang menjadi daging (Yohanes 1:14) dalam rupa Yesus Kristus pada semasa hidupnya di dunia pernah berkata: “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.” (Matius 5:27). Di samping berbagai ucapan Yesus “Kamu telah mendengar firman” yang lainnya.
Ucapan ini Dia tujukan kepada orang-orang yahudi yang sudah pernah mendengar perkataan-perkataan itu yang dipercayai oleh mereka sebagai firman Allah. Yesus hidup di antara mereka yang sudah mendengar firman Allah.
Tetapi, mengapa Yesus mengawali pemberitaan Injil dengan berkata: “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17).
Dan, Yohanes Pembaptis berkata: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, …” (Lukas 3:3)?
Dari bahasa aslinya (Yunani: metanoia), bertobat berarti perubahan pola pikir. Dari berita pertobatan ini kita dapat pahami bahwa meskipun orang-orang Yahudi pada masa itu sudah mendengar firman Allah berkali-kali tetapi hidup mereka tidak berubah.
Mengapa hidup mereka tidak berubah? Karena pola pikir mereka tidak berubah. Kita tahu bahwa pola pikir akan menentukan tindakan/perbuatan. Perbuatan membentuk kebiasaan. Kebiasaan membentuk karakter. Karakter membentuk budaya.
Mereka yang mas5a itu sudah berkali-kali mendengar firman Allah tetapi tidak merenungkannya siang dan malam. Firman itu hanya sampai kepada telinga yang mendengar. Tidak terus sampai ke pemikiran dan hati.
Mazmur 1:2
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Matius 15:19
Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Amsal 4:23
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Mereka tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah dengan membawa pola pikir dan kebiasaan duniawi. Kerajaan Allah memiliki peraturan dan etika tersendiri. Itulah yang Yesus ajarkan dalam khotbah di bukit (Matius 5-7). Khotbah di bukit berisi etika Kerajaan Allah.
Dan, seperti yang Yesus pernah katakan kepada Nikodemus (Yohanes 3) yang sudah berkali-kali mendengar dan mengajarkan firman Allah kepada orang-orang Yahudi, tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah jika tidak dilahirkan kembali (menerima Yesus). Dan, setelah itu baru belajar hidup dalam etika Kerajaan Allah. Tanpa dilahirkan kembali di dlaam Kristus tidak mungkin seseorang dapat hidup dalam etika Kerajaan Allah.
Orang yang mendengar firman tidak selalu berarti hidup di dalam firman itu. Apalagi yang dia dengar bukanlah firman yang benar atau yang sejati.
Tidak semua pemberita firman menyampaikan firman yang benar. Banyak juga yang menyampaikan hanya untuk enak didengar telinga. Ataupun yang sekedar ajaran moral semata dan bukannya memberitakan tentang Kristus dan Injil-Nya.
Matius 7: 26
Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
2 Timotius 4:3
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
Markus 8:35
Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Siapakah Kristen dan siapakah “Kristen” itu?
Kristen adalah mereka yang mau mengikut Yesus dengan menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Yesus (Lukas 9:23). Sedangkan,
“Kristen” adalah mereka yang merasa dirinya, menganggap dirinya Kristen hanya karena terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani kristen, beribadah, berdoa, lahir dalam keluarga kristen, dan sebagainya. Mereka berpikir dan yakin bahwa mereka menjadi Kristen karena aktivitas-aktivitas atau status-status itu.
Menjadi Kristen di tengah-tengah “Kristen” bukan perkara mudah atau gampang. Menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang yang merasa dan menganggap diri Kristen merupakan tantangan tersendiri.
Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan ini: “Lebih mudah berbicara dengan orang bodoh dari pada dengan orang yang sok tahu”.
Anda bisa melihat seberapa besar tantangannya dari kehidupan dan akhir kehidupan Yesus Kristus sebagai manusia.
Orang-orang yang dipercayakan firman Allah, mereka yang telah mendengar firman Allah itulah yang kemudian menyalibkan dan membunuh Firman yang benar dan sejati itu. Meskipun mereka tidak menemukan satu kesalahanpun dalam diri-Nya.
Walaupun Dia diperhadapkan dengan pengadilan massa yang bermuatan sosial, budaya, politk, dan agama tidak ada satu kesalahanpun yang ditemukan pada-Nya. Pilatus yang adalah walinegeri yang memimpin pengadilan politis Romawi tidak dan kepala pasukan yang memimpin penyaliban Yesus pun tidak.
Yohanes 18:38
Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.
Lukas 23:47
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!”
Satu hal yang dapat dipelajari adalah hidup menjadi Kristen di tengah-tengah “Kristen” membutuhkan hikmat dan pengorbanan tersendiri. Tidak saja mendengar firman tetapi harus dan perlu menghidupi firman itu setiap hari di dalam diri dan tingkah laku. Dan, tentunya tidak menjadi serupa dengan dunia.
Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Karena pada hakekatnya di dalam kekristenan (di dalam Kristus) kita diselamatkan dalam anugerah oleh iman untuk bekerja dan bukannya kita bekerja untuk diselamatkan.*)