Kapolda NTT  Diminta Copot Kapolres Manggarai Barat Banbang Hari Wibowo.

PENA-EMAS.COM – Tindakan Polres Mangarai Barat menangkap dan menahan 21 (dua puluh satu) warga di Desa Golo Muri, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mangarai Barat,  karena dugaan mengganggu ketertiban umum, hanya karena warga membawa parang di sekitar rumah atau jalan di Kampung / Desanya, merupakan tindakan sewenang-wenang yang menginjak-injak kultur budaya  orang Flores, NTT.

Padahal perbuatan mambawa parang dan pisau bagi laki-laki Flores atau NTT pada umumnya adalah bagian dari tradisi budaya warisan leluhur yang melekat dalam kesatuan-satuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya yang masih hidup, dimana negara mengakui karenanya wajib hukumnya untuk dihormati oleh siapapun juga, termasuk AKBP. Bambang Hari Wibowo, sebagai Kapolres yang adalah alat negara Penegak Hukum.

Bacaan Lainnya

Terhadap tindakan ini Kapolda NTT kami minta copot Kapolres Manggarai Barat BHW dsri jabatannya.

Demikian tegas hal ditegaskan Koodinator TPDi dan Advokat Peradi  Petrus Selestinus, kepada Media ini Jumat (4/9/2021) melalui sambungan WhatsAppnya.

Menurut Petrus Seledtinus. Tindakan AKBP. Bambang Hari Wibowo, Kapolres Manggarai Barat, menangkap 21 (dua puluh satu) warga di Desa Golo Muri, yang sedang membawa parang di sekitar kampung halamannya dengan alasan mengganggu ketertiban umum, justru AKBP. Bambang Hari Wibowo, telah menciptakan potensi mengganggu ketertiban umum, karena melarang dan menindak laki-laki Flores membawa parang di dalam lingkungan kerja dan rumah tinggal sehari-hari, bisa menyulut amarah laki-laki se- Manggarai Barat, karena dinilai sebagai telah menginjak-injak budaya orang Flores.

Pelarangan dan penindakan terhadap 21 orang dimaksud, sama saja dengan AKBP Bambang Hari Wibowo menginjak-injak tradisi budaya dan hak-hak tradisional masyarakat Manggarai Barat, padahal laki-laki Manggarai Barat yang membawa parang atau pisau dilindungi oleh pasal 18 UUD 1945, dan pasal 2 ayat (2) UU No. 12 Tahun 1951, yaitu, tidak termasuk barang yang nyata-nyata untuk dipergunakan dalam pertanian, atau pekerjaan rumah tangga atau nyata-nyata sebagai barang-barang pusaka tradisonal, sebagai bagian dari tradisi budaya.

Copot Kapolres Manggarai Barat

Bagi orang Flores atau NTT pada umumnya, perbuatan laki-laki membawa parang atau pisau dalam kesehariannya di kampung, desa, kecamatan bahkan hingga antar kabupaten di Flores/NTT, itu simbol kebijakan dan kenyamanan yang melekat sebagai tradisi dalam sikap untuk menjaga ketertiban umum.

Dengan membawa parang atau pisau, akan memastikan bahwa laki-laki Flores memenuhi kewajibannya untuk menjaga dan siaga melindungi keluarganya, kampung halamannya dan kepentingan umum di wilayahnya dari gangguan kemanan yang datang dari pihak lain yang berkehendak tidak baik.

Oleh karena itu jika tindakan Kapolres AKBP. Bambang Hari Wibowo menindak 21 orang  laki-laki di Desa Golo Mori, didasarkan pada kehendak tidak baik dengan menyalahgunakan jabatannya, maka cepat atau lambat AKB. Bambang Hari Wibowo, akan berhadapan dengan laki-laki Manggarai Barat secara adat dan budaya dalam soal ini.

Kapolres Mangarai Barat, AKBP Bambang  Hari Wibowo, nyata-nyata tidak tahu adat, tidak menjunjung tinggi tradisi budaya orang Manggarai Barat, melanggar konstitusi dan pasal 2 ayat (2) UU Darurat No. 12 Tahun 1951, maka Kapolda NTT segera mencopot jabatan AKBP. Bambang Heru Wibowo selaku Kapolres Manggarai, tarik kembali dan pulangkan ke kampung halamannya untuk belajar bagaimana menghargai budaya orang lain.

Tindakan AKBP. Bambang Hari Wibowo, jelas merusak program dan visi Kapolri Jend Po. Listyo Sigit Prabowo, yaitu melalui penegakan hukum, merawat kebhinekaan menghormati dan mengayomi masyarakat, tentu saja berikut tradisi budaya dan hak-hak tradisonal yang melekat dalam setiap individu orang-orang Manggarai Barat.

Ini Kapolres Manggarai Barat, sebagai orang kurang kerjaan bahkan memiliki motif tertentu di balik tindakannya yang destruktif, karena budaya adalah senjata untuk melawan radikalisme, jika merongrong budaya Manggarai Barat, akan memberi karpet merah buat radikalisme tumbuh subur di Manggarai Barat.

Karena itu, segera lepaskan dan hentikan penyidikan atas 21 (dua puluh satu) laki-laki di tahanan Rutan Polres Manggarai Barat, dan kepada Kapolda NTT dimohon supaya copot dan tarik kembali dan/atau pulangkan saja ke kampung halamannya AKBP. Bambang Heru Wibowo, berilah dia kesempatan untuk belajar kembali tentang bagaimana cara untuk menghargai, menghormati dan mengayomi masyarakat dan budaya setempat dimana dia berada.

Ingat kata pepatah, “dimana bumi diinjak, di situ langit dijunjung tinggi”.Ujarnya

Kapolres Manggarai Barat, AKBP Bambang  Hari Wibowo yang dikonfirmasi via WhatsAppnya 082111794xxx  Sabtu (4/9/2021) sekitar pukul 16:59 wita namun hingga berita ini di publish tidak di tanggapi.

“Mat sore bapak Kapolres Manggarai Barat, Bagaimana tanggapannya terkait permintaan Koordinator TPDI & Advokat Peradi  kepada Kapolda NTT untuk  Copot jabatan  Kapolres Manggarai Barat akibat melakukan tindakan hukum bagi 21 warga yang menbawa parang yg oleh warga setempat sebagai bagian dari budaya. Mohon konfirmasinya bapak Kapolres. ( dari pemred Pena emas.com)” konfirmasi ini tidak dijawab meskipun telah dibacanya. (PE.017)

Tetap Terhubung Dengan Kami:

Pos terkait